Tahukah kamu bahwa suku Madura itu termasuk kedalam suku terbesar di Indonesia. Mereka memiliki banyak sekali seni dan budaya yang sudah ada sejak lama.
Orang
Madura menyebar ke Indonesia. Nahkan Beberapa diantaranya tersebar di luar
negeri. Mayoritas orang Madura tinggal di bagian timur Jawa Timur. Jumlah
tertinggi terdapat di Situbondo, Bondofoso, Propolingo Timur, Lumajang Utara,
dan Jember Utara. Ada juga masyarakat yang tinggal di daerah yang disebut Tapal
Kuda, dari Basuruan hingga utara Banyuwangi.
Berikut
8 budaya suku Madura yang harus Anda ketahui:
Carok
Budayasuku
Madura salah satunya adalah tradisi Caruk. Caroq adalah pertarungan sampai mati
dengan senjata tajam yaitu sabit.
Orang
Madura memiliki kepribadian yang tangguh dan mereka mengutamakan harga diri.
Karena itu masalah diselesaikan dengan kekerasan.
Tradisi
Carok biasanya terjadi sehubungan dengan hal-hal kehormatan atau harga diri
orang Mador, seperti perselingkuhan, martabat atau kehormatan keluarga.
Meski
mayoritas penduduk Madura beragama Islam, secara individu masih banyak yang
menganut tradisi Carok ini.
Clurit
Suku
Madura memiliki senjata tradisional khas yang disebut Clurit. Bentuk dari
Clurit menyerupai arit suku jawa yang biasa digunakan untuk pertanian dan
hortikultura.
Bedanya,
sabit dari Madura lebih tipis dengan kontur lengkung yang lebih tipis. Ujung
luka juga lancip. Gagang clurit terbuat dari besi atau kayu.
Karaban Sapi
Karapan
Sapi merupakan budaya suku Madura yang berlangsung setiap tahun pada bulan
Agustus atau September.
Dalam
perlombaan ini, sepasang sapi menarik sejenis gerobak kayu yang mendorong
mereka untuk melakukan sprint melawan pasangan sapi lainnya. Lintasannya
biasanya sekitar 100 meter.
Perlombaan
dapat berlangsung dari sepuluh detik hingga satu menit. Beberapa kota di Madura
mengadakan perlombaan sapi pada bulan Agustus dan September setiap tahunnya.
Pertandingan
final akan berlangsung pada akhir September atau Oktober di bekas kota kediaman
Makasan untuk memperebutkan Piala Presiden. Sekarang kejuaraan piala tersebut
telah berganti nama menjadi Piala penggaris nasional.
Mondok
Mayoritas
orang Madura adalah Muslim. Madura memiliki ratusan pesantren. Sudah menjadi
kebiasaan suku Madura untuk menyekolahkan anaknya di pesantren.
Orang
Madura percaya bahwa ilmu agama lebih penting untuk mengenal dunia da akhirat.
Mereka menyebutnya asrama, bukannya menyekolahkan anaknya ke sekolah umum.
Bahkan
orang Madura biasa menyekolahkan anak mereka sejak usia muda ke pesantren.
Anak-anak yang tinggal di perumahan tidak hanya di sekitar Pulau Madura tetapi
juga di wilayah Jawa Timur yang bergantung pada pesantren.
Rokat Laut
Rokat
Laut adalah upacara semacam petik laut atau juga biasa disebut Rokat Tase.
Tradisi ini merupakan ungkapan rasa syukur atas anugerah dan berkah yang
diberikan Tuhan. Tradisi ini juga dipercaya mampu memberikan keselamatan dan
kelancaran hidup.
Tradisi
rakat diawali dengan pembacaan angket dan Tahlil bersama masyarakat yang
dipimpin oleh tokoh agama.
Setelah
itu, masyarakat mencuci sesajennya di laut untuk mengungkapkan rasa syukur
mereka kepada Tuhan. Isi sesajennya adalah tumpeng, ketan berwarna dan ikan.
Haji Tujuan Akhir
Peradaban
Madura lainnya adalah ziarah ketanah suci sebagai tujuan akhir. Orang Madura
dikenal hemat dan fleksibel dalam berbisnis, bekerja atau berdagang.
Meski
gajinya tidak signifikan, mereka menyisihkan sedikit dari pendapatan mereka
untuk menabung haji.
Gelar
haji di Madura tetap menjadi kebanggaan tersendiri. Bahkan, mereka lebih
memilih hari raya haji ketimbang lebaran.
Warga
Madura tidak akan kembali ke kampung halamannya untuk Idul Fitri. Mereka akan
kembali ke kampung halamannya saat Haji Lebaran.
Mau
tau kebudayaan-kebudayaan lainya dari seluruh daerah di nusantara ini secara
lengkap, lihat saja di situs toriqa.com.
Patuh pada Kiai
Budaya
suku Madura lainnya adalah taat pada kiai. Tradisi hidup dan berpegang pada ajaran
Islam membuat orang Madura patuh dan taat pada kayai mereka.
Kiai
merupakan sosok yang disegani dari suku Madura. Bahkan ada pepatah lama
mengatakan bahwa meskipun orang Madura jahat, mereka tetap taat dan tidak
berani melawan para kayai dan para guru.